Unless, kugiran post-hardcore asal Semarang, merilis single “Lautan yang Menenggelamkan” pada 21 Februari 2025.
Dalam single ini, Unless menapaki teritori musikal baru dalam perjalanan bermusiknya.
Dalam single berbahasa Indonesia pertama ini, Unless mengekspresikan pelecehan seksual yang dialami laki-laki.
Tema ini didasarkan pada pengalaman personal dari Faisal Haqiqi, bassist dan penulis lirik.
“Sebagai penulis lirik, aku menulis apa yang aku alami. Salah satu yang aku alami itu ya itu, pelecehan seksual,” tutur Faisal yang menulis lagu ini pada awal 2024.
Salah satu memori yang Faisal bagi adalah saat guru SMP-nya melontarkan pernyataan maskulinitas beracun (toxic masculinity) bahwa murid laki-laki mesti pandai berolahraga. Saat ada yang tak pandai, “mending pakai rok saja!” tiru Faisal. Namun, konstruksi “harus tahan banting”, akan dianggap lemah, diinvalidasi, dan tidak terbiasa menyampaikan kerapuhan emosional membuat penyintas laki-laki makin terpuruk dalam upaya mengobati trauma ini.
“Belakangan aku cari-cari, datanya laki-laki yang mengalami pelecehan seksual, entah verbal ataupun nonverbal, lumayan tinggi. Datanya bisa lebih banyak karena laki-laki itu nggak seterbuka itu,” saksi Faisal.
Berdasarkan riset Indonesia Justice Research Society (IJRS) dan INFID pada 2020, terdapat 33% laki-laki yang mengalami pelecehan seksual.
Sementara dalam survei Koalisi Ruang Publik Aman (KRPA) atas 62.224 responden, terdapat 1 dari 10 laki-laki yang mengalami pelecehan seksual di ruang publik. Jumlah ini bisa jadi hanya puncak gunung es sebab menurut Bestha Inatsan Ashila, peneliti IJRS, laki-laki cenderung tidak mau melaporkan pengalaman pelecehan yang ia terima. Padahal, dampak traumatis pelecehan seksual akan terasa sama pada gender apa pun.
Dampak yang dialami penyintas pelecehan seksual itulah yang Unless gambarkan dalam single ini.
Perasaan depresi, kemarahan, rasa bersalah, menyalahkan diri sendiri, disfungsi seksual, trauma, dan keinginan untuk bunuh diri dan segala emosi negatif yang menumpuk ditangkap oleh Unless dalam “Lautan yang Menenggelamkan”.
“Ku menangis di tepi malam
Berdoa waktu hapuskan trauma
Tentang tubuh dan sepi sedihku”
Suasana hidup yang terasa seperti terowongan gelap tak berujung itu juga yang ditangkap oleh Gamas Bowel, illustrator penggarap gambar sampul single ini.
Dengan ilustrasi dengan warna yang meletup-letup, Gamas menggambarkan campur aduk emosi yang menekan, sekaligus secercah harapan atas hidup yang lain.
“Saat pertama kali mendengar “Lautan yang Menenggelamkan”, banyak visual yang terbayang. Mengais emosi, perenungan, seolah kontemplasi tak berkesudahan. Membayang sosok manusia lahir tanpa dosa, tapi dihukum selayaknya pembelot. Tak adil memang, ‘terhukum’ oleh mereka makhluk maha ego, bengis, traumatis,” saksi Gamas.
Secara musikal, single “Lautan yang Menenggelamkan” menandai eksplorasi lanjutan Unless setelah “Ceremony od Death”.
Nuansa skramz beroplos spoken word dan ambience a la post-rock menjadi nuansa baru yang Unless tawarkan dalam single ini.
Single “Lautan yang Menenggelamkan” dapat diakses di beragam digital streaming platform sejak 21 Februari 2025.